contoh iklan header
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Rakyat Indonesia Frustasi dengan Kepemimpinan SBY

banner
Liputan6.com, Jakarta: Berbagai masalah pelik semakin membuat bangsa terpuruk. Beberapa kalangan menilai, pemimpin yang diharapkan bisa bertindak tegas dan mampu mencari solusi, justru terkesan lembek.

Koordinator Indonext Center Yon Inf. Hotman mengatakan, saat ini rakyat Indonesia frustasi terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kepemimpinan SBY dianggap gagal sehingga melahirkan ketidakpastian hukum dan politik. Menurut Hotman, sejumlah orang yang pernah menjadi Tim Sukses SBY di Pemilu 2004, kecewa atas sikap Presiden.

"Saya memang kecewa atas sikap SBY, tapi saya tak harus menyesalinya. Saat ini saya ingin ada sosok baru sebagai alternatif kepemimpinan nanti," ucap Hotman dalam diskusi bertajuk "Pemimpin Cerdas, Bangsa Berkualitas" di Kampus Universitas Bung Karno, Jakarta, Kamis (9/2).


"Saya kira di antara orang-orang cerdas yang saya temui, Pak Yusril-lah yang paling mungkin memimpin bangsa ini ke depan."

Sementara pakar hukum Yusril Ihza Mahendra, yang juga menghadiri acara, mengaku merasakan hal serupa. Ia kecewa sikap kurang tegas yang kerap ditunjukkan Presiden Yudhoyono. "Bangsa berkualitas itu, membutuhkan pemimpin yang cerdas, dan berani mengambil keputusan tidak lembek dan peragu," ujar Hotman.(WIL/AIS)

Sumber : Liputan6

Kupu-Kupu Kertas Yang Telah jadi

Oleh : Yon Inf. Hotman, Founder of Indonesian Next Foundation Washington DC USA
Mon, 27/12/2010 - 07:25 WIB - sumber : Rima News

Menyusul  surat pembaca warga Cikeas di sebuah harian nasional beberapa waktu lalu soal gundahnya tiap kali SBY melintas di daerah mereka, lengkaplah sudah modal memahami betapa kini rakyat makin cerdas dan kritis.Tak  cuma ungkap problem tapi juga solusi.

Warga Cikeas itu minta SBY tinggal di Istana saja daripada meraung-raung di kediamannya. Ditambah komentar langsung menohok target oleh Syahganda Nainggolan Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle,” Bukan Presiden seharusnya curhat, tapi rakyat yang harusnya curhat.

Tulisan ini diniatkan untuk berbagi ragam cara mengungkap rasa di hati,di dada pun di perut ketika suara-suara Bebek di sekolah TK tak semerdu janji dulu. Mungkin mereka lebih memilih menyelam sambil minum Lumpur Basi Century atau karena terlanjur lahir sebagai penganut paham KKO: Kanan Kiri Oke, hingga siapapun sila pesan ragam jenis suara asal cocok di harga.

Kecuali via tulisan di media cetak & elektronik,melakukan aksi-aksi jalanan,beradu akal & otak di forum menceramahi penceramah atau berbalas pantun di seminar, lagu-lagu merupakan medium cerdas dan damai mengungkap ragam rasa yang mendera.

Sila simak, ” Seperti angin tak pernah diam/Selalu beranjak setiap saat/Menebarkan jala asmara/Menaburkan aroma luka/Benih kebencian kau tanam/Bakar ladang gersang/Entah sampai kapan berhenti menipu diri”.

Penggalan lagu Ebiet G Ade, ”Kupu-kupu Kertas” ini begitu menggetar haru karena diungkap dalam lagu yang membawa pendengarnya merenung sambil mengoreksi diri betapa rakyat tak lagi sebodoh dulu. Pun tak cuma sekedar santun basa basi tapi lagu ini canggih memetakan paradigma filosofis karakter pemimpin karbitan yang hanya pintar namun tak cerdas.

Banyak lagu Ebiet yang membantu mengurangi beban para kandidat demonstran dan yang memang bergelut di bisnis demo, beda cukong beda memo. Betapa damai dan indahnya demonstrasi jika ribuan orang menghanyutkan diri dalam senandung lagu-lagu,sebagai kekuatan rasa bukan hanya raga semata. Jika para pemimpin menipu yang dipimpinnya dengan topeng santun, tak perlu membalasnya dengan hal serupa. Cukup dengan lagu yang seperti pepatah Minang,”Pukul anak sindir menantu”.

Yang paling legendaris tentu syair Ebiet tentang Rumput yang bergoyang. Katanya,”Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita”.

Rasanya,tak salah jika mulai mencoba sesuatu yang baru dalam ikhtiar mengungkap rasa melalui gerakan, ”Power of Songs” sebagai alternatif atau malah pendamping, ”People’s of  Power” agar aksi-aksi menuntut perubahan tak berujung dendam versus dendam turunan setan.

Bila tak bakat menyanyi, membaca syair di jalan pun pasti lebih damai ketimbang teriak-teriak apalagi caci maki tak karuan. Bagi yang memiliki koleksi lagu-lagu sejenis, terkait empati terhadap bangsa dan negara, sila koleksi dan terbitkan buku lagu-lagu dimaksud hingga bisa membantu mereka yang membutuhkannya.

Dengan begitu, ikhtiar mengungkap rasa melalui “Power of Song” dalam “People’s Power’ akan memperlihatkan kepada bangsa-bangsa lain di dunia betapa kita adalah bangsa  yang cerdas  dan damai mempraktekkan adat ketimurannya.

Bila tak lagi ada asa di penantian panjang janji-janji pemimpin yang diumbar saat kampanye, lagu Ebiet "Yang Telah Selesai” membuat situasi lebih sejuk.

Jangankan untuk berfikir
sedang mendengar pun enggan
Jeritan pilu lewat bagai angin
Jantungnya telah membeku hooo
Jantungnya telah membeku.
Lupa segala-galanya
Tak merah, tak juga jingga
Rintihan kelu tak ubah nyanyian
Ibanya telah membatu hooo
Ibanya telah membatu.Semakin hari makin tak peduli
Semua harapan t’lah pupus
Matanya kosong, sinarnya binasa,bibirnya rapat terkunci
Dia bukan milik kita lagi terselubung dalam sepi
Masa lalunya begitu gelap
Benturan demi benturan
begitu berat menekan
Jangankan untuk menyapa
Sedang menoleh pun enggan
Lampu jalanan perlahan padam
Dia hanya pantas dikenang hooo
Dia hanya pantas dikenang.
Sekali waktu terbangun nafasnya tersendat-sendat
Sumpah serapah yang ia gumamkan
Dia hanya pantas dikenang hooo
Dia hanya pantas dikenang
Semakin hari makin tak peduli
Semua harapan t’lah pupus
Matanya kosong, sinarnya binasa,
bibirnya rapat terkunci
Dia bukan milik kita lagi
terselubung dalam sepi
Masa lalunya begitu gelap
Benturan demi benturan begitu berat menekan”.

Lanjutkan

Salut untuk Ebiet G Ade!Lanjutkan kreasi lagu-lagu baru demi anak cucu kita lebih bangga lebih kaya karena hidup di negeri raya dengan alam indah bak di surga pun karena para pemimpinnya cerdas luar biasa.Semoga lagu-lagu anda menjadi inspirasi  pemimpin-pemimpin kita saat ini dan selamat jalan,”Kupu-kupu Kertas Yang Telah Selesai”.

Soal moral, kata Iwan Falls,” Masalah moral masalah akhlak/Biar kami cari sendiri/Urus saja moralmu urus saja akhlakmu/Peraturan yang sehat yang kami mau/Tegakkan hukum setegak-tegaknya/Adil dan tegas tak pandang bulu/Pasti kuangkat engkau/Menjadi manusia setengah dewa”.

Simpulan mantu Almarhum Soeharto,Mayangsari,”Tiada Lagi” & Cucu jauh Om Liem, Agnes Monica, "Cinta Di Ujung Jalan".


Soal ketidakadilan, ”Perahu Retak” Franky Sahilatua menggugat, ”Aku heran yang salah dipertahankan yang benar disingkirkan/Keserakahan diagungkan.Tanah Pertiwi anugerah Ilahi jangan makan sendiri”.

Cengkarut negeri akan berujung”Hari Kiamat”diungkap Black Brothers,”Di tepi jalan si miskin menjerit hidup meminta dan menerima/Yang kaya tertawa berpesta pora hidup menumpang di kecurangan/Sadarlah kau cara hidupmu.

Icon-icon  lagu pun lebih manusiawi ketimbang jargon-jargon hewani seperti: Cicak Buaya, Sapi, Gurita, Tikus dan yang sejenisnya. Mestinya yang begini-begini yang dilanjutkan bukan yang begitu-begitu, seperti yang dilakon para koruptor penebar fitnah di balik topeng santun. Jangan biarkan demokrasi tereformasi jadi”santunkrasi”; licik asal santun, konstitusional. Lanjutkan lebih cepat lebih nikmat demi 9 turunan selamat sebelum kiamat!

Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL

Previous Post Next Post
banner