Biografi: Seharian Ketemu 3 Tokoh Betawi Masa Depan.



Gak kebayang banget kalo seharian kemarin, Selasa 20 April 2015 sehari sebelum hari Kartini, gue seperti mendapatkan pertanda baik dengan bertemu 3 orang tokoh Betawi muda yang akan menjadi populer di beberapa tahun ke depan.

Gimana kagak, semenjak banyak komunitas yang gue ikutin, kemudian beragam kegiatan yang pernah gue ikutin semasa remaja hingga di paruh baya ini, gue sebagai penulis cuma bisa ketemu beberapa gelintir tokoh Betawi senior dan gak ngapa-ngapain, cuma bisa melihat mereka, tapi gak bisa berinteraksi kecuali menatap dekat dalam jarak setidaknya 3 meteran.

Mulai dari almarhum bang Benyamin Syu'eb, tokoh seniman Betawi legendaris ketika ada syuting liputan wawancara khusus di Studio TPI dulu di Taman Mini pertengahan tahun 1994, dan setahun kemudian tanggal 5 September 1995, dunia hiburan Indonesia mendapat berita duka atas kepergian sang tokoh legendaris, Bang Benyamin S. meninggal dunia usai bermain bola terkena serangan jantung.

Kesedihan luar biasa buat gue, kenapa saat bertemu beliau gak sempat mewawancarai beliau dan ngobrol banyak tentang budaya Betawi saat ada kesempatan.

Demikian juga saat ada kesempatan ketemu almarhum Basuki di TVRI saat dia ada syuting, naluri kewartawanan gue seperti hilang.

Padahal gue tahu persis tokoh njawani (bukan tokoh betawi tapi akrab di mata pemirsa sinetron si Dul Anak Sekolahan yang berperan sebagai Mas Karyo).

Tapi gue ketemu dengan dia juga sebelum kepergiannya di awal tahun 2007, dan tepat tanggal 12 Desember di tahun yang sama, mas Basuki seniman Srimulat yang akrab dengan wartawan ini berpulang setelah bermain futsal lalu dirawat di RS Melia dan menghembuskan nafasnya di sana. Sedih yang kedua buat gue, kehilangan peluang saat di depan mata.

Demikian juga saat di lain waktu ketemu dengan tokoh seniman Rano Karno beberapa tahun sebelum dirinya terjun ke dunia politik praktis, saat dia sedang berkunjung ke kantor biro periklanan mitranya, Hotline advertising milik pakar branding Subiyakto, sebelum Bang Dul jadi wakil gubernur Banten.

Memang Bang Dul alias Rano Karno ini sering bertemu dengan banyak koleganya yang bergerak di bidang ilmu komunikasi, seperti sang pakar branding Subiakto. Bahkan gue pun pernah ngobrol dengan mas Subiakto di kantornyadan bertemu dengan putrinya yang cantik saat itu masih mengenakan jilbab dan belum menikah.

Bertemu dengan mas Subiakto owner Hotline advertising, beberapa bulan atau setahun dua tahun sebelum si Dul terjun ke kampanye politiknya yang pertama, sebenarnya sudah bisa modal gue untuk terjun ke dunia profesional yang lebih besar, tapi kesempatan ngobrol sambil menunjukkan beberapa portofolio gue ke beliau gak mendapat respon yang berarti. 

Artinya gue memang harus dekat dan terkenal dulu, baru bisa mendapat perhatian lebih. Dan lagi usia gue mungkin saat itu belum TERLALU matang, untuk masuk menjadi TIM KREATIF biro periklanan seterkenal dan sebesar HOTLINE advertising.


Ah, kok jadi ngaco ngalor ngidul kemana-mana? gue kan tadi di awal cerita lagi mau nulis tentang kesempatan gue bisa ketemu 3 tokoh Betawi asli yang bakal jadi tokoh besar di masa depan, sama halnya seperti Bang Benyamin S, H. Bokir, H. Nirin, H. Nasir, Hj. Mpok Nori yang semuanya sudah berpulang, dan juga gak lupa bang haji Mandra, yang juga kini mengikuti jejak H.Rano Karno terjun ke ranah politik.

Tokoh muda Betawi yang ane maksud baru aja ketemu sekaligus di hari yang sama SENIN kemarin 20 April 2015 adalah bang Eki Pitung, tokoh Betawi Rawabelong yang aktif di dunia organisasi massa dan sosial, bang David Nurbianto, komedian Betawi profesional muda asal Tangerang sang juara 1 final SUCI 4, KompasTV dan juga bang Afif Xafi si anak Tenabang yang jadi komika finalis SUCI 5 yang punya peluang besar juga jadi finalis 3 besar SUCI 5 KompasTV di tahun 2015 ini.

Kok bisa kebetulan gitu? Bermula dari aktivitas gue sebagai orang yang kepengen jadi komika dan punya hobi open mic serta ikutan audisi Stand Up Comedy di banyak tempat, yang membuat gue jadi rajin keliling di beberapa tempat openmic beberapa komunitas.

Mulai dari yang terdekat dengan lingkungan  rumah di wilayah Cakung Jakarta Timur, yakni komunitas @standupindo_BKS, komunitas SUC anak Kota Bekasi, terus komunitas @standupindoDPK, atau komunitas SUC Depok, lalu Jakarta Barat @standupJAKBAR dan juga @Standup_JktPus, @Standup_Jakut dan @Standup_JKTSel kemudian terakhir, @StandUpCikarang.

Dari keliling openmic ternyata gak cukup buat gue untuk melatih diri secara keras biar hobi gue yang suka nyepik-nyepik di depan umum (public speaking) bisa tersalurkan. Padahal dulu sewaktu gue masih SMA sama kuliah gue udah terbiasa jadi MC baik di kegiatan sekolah, kegiatan remaja masjid, panggung tujuhbelasan di kampung gue Perumnas Klender dan kegiatan senat mahasiswa di kampus STMI Jakarta,

Tapi semenjak kerja jadi desainer grafis, wartawan dan staf di studio TV Indosiar, PT Indosiar Visual Mandiri, kemampuan bicara di depan publik gue seperti menurun gak ke asah dengan baik.

Baru saat gue berprofesi jadi wartawan, kemampuan mewawancarai gue terasah tapi hanya di depan para tokoh bukan di depan sekolompok banyak orang. Sekalinya agak terasah sewaktu gue jadi dosen bahasa Inggris di kampus LP3I dan LP3N serta CEL (Center of English Learning) satu lembaga kursus milik LP3I group.

Tuh kan gue ngaco dan ngalor-ngidul lagi? Ini kapan gue bahas tentang perkiraan gue tentang masa depan. Semenjak usia gue masuk di usia kenabian, yakni masuk di gerbang umur 40-an tahun, sepertinya kemampuan public speaking gue hilang, makanya gue mulai melatih diri lagi dan membangun komunikasi pertemanan dengan banyak orang serta banyak komunitas.

Mulai dari jaringan lembaga pendidikan seperti LP3I GROUP yang meng-Indonesia, kemudian jaringan komunitas Jama'ah Tabligh yang berpusat di Kebon Jeruk Jakarta Pusat, terus jaringan komunitas pencak silat Tjimande alias TTKDH (Tjimande Tarikolot Kebon Djeruk Hilir) yang menyebar dari Banten ke wilayah Betawi dan Indonesia pada umum nya serta jaringan komunitas lembaga pendidikan Nurul Fikri yang berbasis komunitas pemuda Ikhwanul Muslimin dan anak-anak PKS.

Makanya saat gue ketemu dengan tokoh Betawi yang sejatinya adalah tempat dimana gue lahir di bilangan Kampung Duri, dekat Roxy Jakarta Barat, gue seperti ketemuan dengan masa kecil gue.

Gue kelahiran Kampung Duri tepatnya di RS Tarakan, terus tinggal hingga umur 6 tahun di sana, dan tahun ke-7 pindah ke Bendungan Jago, Jembatan Miring, terus pindah lagi ke kampung Serdang, Kemayoran dan gue sekolah sampe kelas 3 SD, terus loncat kelas ke kelas 5 SD, gak melewati kelas 4 SD, tahu kenapa, yang jelas bukan karena gue pinter-pinter amat, tapi memang SDN Harapan Mulya Sumur Batu, kekurangan siswa di kelas 5, maklum aja gue adalah angkatan pertama yang sekolah di kelas 5 SD tahun itu.

Berarti saat itu sekitar umur gue sekitar 8 sampe 9 tahun dan sudah duduk di kelas 5 SD. Muda banget sih, tapi mungkin itu beruntungnya gue, bonus umur setahun. Dan terakhir pindah ke kampung PERUMNAS Klender, sekolah dari SD kelas 5 dan 6 hingga SMP 213 Jakarta Timur, dan SMA 44 Jakarta Timur. Setelah itu gue kuliah di STMI Cempaka Putih Jakarta Pusat. [■]

Reporter: TimRedaksi, Redaktur: DikRizal



Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL

Previous Post Next Post