contoh iklan header
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Ada Konspirasi dalam Kecelakaan KA Bintaro 2?

banner

Kuat Dugaan Supir Truk Tangki BBM Sengaja Berhenti di depan Pintu Perlintasan Rel Kereta Api

bekasi-online.com, Rabu 11 Desember 2013, 05:41 WIB


Kereta api jurusan Serpong-Tanah Abang yang berangkat sekitar pukul 10.50 WIB menabrak truk tangki diduga milik Pertamina, Senin (9/12/2013). (Yudi Thirzano/kompas.com)

BINTARO, bekasiOL -- Suasana duka dan kepedihan bagi sebagian bangsa Indonesia terutama keluarga para korban atas tragedi maut musibah yang terjadi di Bintaro, Jakarta Selatan.

Berbagai asumsi dan pendapat umum bermunculan, bahkan ditengarai kemungkinan besar PT KAI akan menuntut PT Pertamina, karena kuat dugaan terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh supir truk tangki BBM yang disengaja.
 
BksOL masih saja menatap prihatin pemberitaan televisi yang ditayang berulang-ulang, sementara sambil ber-online ria melalui media sosial twitter, beberapa teman berdiskusi secara online di inbox facebook dan DM twitter. Beberapa hal yang berbau politis pun mencuat dengan dugaan bahwa ini pekerjaan setan "intelijen" yang bertujuan untuk mengalihkan isyu besar lainya yang lebih besar.

Mengetahui hal ini saya hanya bisa tertawa saja, tanpa bermaksud meremehkan teori konspirasi oleh rekanan saya, yang terkadang suka saya panggil si "setan konspirasi" (SK) karena ide dan teorinya yang terkadang tidak masuk akal meskipun mungkin ada benarnya jika mau ditelusuri lebih jauh.

Sang SK bagi saya memang hampir mirip dengan informan terselubung yang berakal panjang, meski tak jarang dia kadang mendadak kabur susah saya hubungi, seolah dia mencoba berkelit ketika rasa penasaran menggayut di benak saya, dan kadang penyelidikan saya tak mau berhenti sampai di situ.

"Kenapa anda yakin jika kecelakaan itu adalah sebuah konspirasi intelijen? Tidakkah penyidikan kepolisian belum selesai sekarang ini, bahkan sedang merekonstruksi kejadian kecelakaan bersamaan dengan proses perbaikan infrastruktur kereta api oleh PT KAI," cecar saya kepada sosok yang saya tidak ketahui jenis kelaminnya ini.

SK mengatakan, "Masak Anda tak melihat, bagaimana para pejabat tingkat nasional yang tampak begitu peduli secara tiba-tiba, padahal selama mana ada peliputan yang mengangkat aktivitasnya, kecuali dia diperiksa oleh KIPK untuk kasus besar Bank Century dan bahkan kemungkinan besar, kasus BLBI juga bisa masuk penyelidikan baru yang melibatkannya?" pancingnya mengusik nalar saya.

"Maksud bung SK, Wakil Presiden Boediono?"

"Salah!" jawabnya singkat.

"Salah gimana? Kan pejabat besar yang mendadak peduli dengan kecelakaan di Bintaro itu, paling tinggi levelnya adalah wapres Boediono. Bahkan sempat dia mengutarakan rencana jangka panjang dengan melibatkan Bappenas untuk membuat peningkatan infrastruktur transportasi kereta api dengan membuat rel KA layang di tahun-tahun mendatang, bukan?"

"Bukan itu salahnya, yang saya maksud kenapa Anda yakin memanggil saya 'Bung'? Memang Anda tahu saya laki-laki atau perempuan?" tanyanya meledek.

"Oke, apalah, mau saya panggil Bung, Ibu atau Mbak, yang paling penting, bagaimana mungkin wapres Boediono mendadak masuk teori konspirasi Anda dengan adanya kasus kecelakaan kereta api Commuter Line dengan truk tangki BBM Pertamina?" saya kejar terus dia.

 "Coba Mas pikirkan saja, sekarang ini adalah masa-masa dimana kampanye 2014 sudah tinggal beberapa bulan lagi. Seperti sejarah pada beberapa pemilu lewat, KPK sendiri mendeteksi bahwa menjelang tahun kampanye pemilu, ada saja kasus besar yang melibatkan sedikitnya uang rakyat hingga triliunan demi pemenangan pemilu." jawabnya lebih dari 140 huruf karena saya kembangkan dari tulisan tak lengkapnya yang pastinya agak susah dibaca bila saya salin tanpa perubahan.

"Itu teori Anda, dan belum ada bukti kuat untuk itu!" emosi saya mulai terpancing.

"Kok Anda naif banget sih? Justru kiprah Boediono selama ini nggak kelihatan. Mengapa saat bencana kecelakaan tabrakan KA dengan truk Pertamina di Bintaro beberapa hari lalu, mendadak dia nongol dan bicara dengan bawa-bawa Bappenas, seolah dia lupa bahwa dia sedang bermasalah dengan KPK.” tulisnya lebih aneh.

Seorang wakil presiden, sedang dalam pemeriksaan KPK, memang tak dilarang turut berduka kepada keluarga korban musibah kecelakaan, tapi coba Anda peka sedikit. mengapa dia mendadak peduli dengan sesuatu yang sebenarnya adalah tugas instansi terkait, imbuhnya.

Saya terdiam membacanya berusaha mencerna kata-katanya yang mulai agak "nyambung" meskipun pikiran saya masih berkabut curiga.

"Tapi dia kan hanya seorang teknokrat dan kini hanya birokrat pejabat tinggi negara, apa mungkin dia terlibat dengan teori konspirasi bung SK!"

"Sekali lagi Anda bilang saya Setan Konspirasi dengan panggilan SK, saya gak akan menjawab dan meninggalkan Anda!" ancamnya serius.

"Ok! Jadi bagaimana saya sebut Anda?"

"Panggillah dengan nama lain terserah Anda, Anda kan baca nama akun saya?"

"Hahahahaha.... @JamesBond007? Hahaha, kalo itu memang mau Anda! tapi masalahnya bagaimana Saya bisa baca timeline Anda, gak ada satu twit pun yang ditulis. Bagaimana saya bisa buktikan ke publik, kalau Anda eksis. Dan lagi wajar dong kalau saya panggil Anda Bung?"

"Terserah!"

Hati saya mengutuk kecerdikannya yang bisa jadi senjatanya saat saya akan mempublikasikan setiap pembicaraan ini di blogs saya. Saya pun memasang strategi pancingan baru.
"Ok, Mr. Bond, kalau memang teori konspirasi Anda benar... coba paparkan, kalau perlu dengan bukti kuat bisa dalam bentuk link terkait, biar saya yang menelitinya."

"Thanks Mr. Rizal, you start being reasonable, and I like that."

Saya merasa dia mulai menerima dan saya mulai yakin, sepertinya dia memang mengerti bahasa Indonesia saya. Ya dia berkomunikasi dengan saya dalam bahasa Inggris dan Indonesia, campur-campur.

"Jangan sampai nanti orang banyak bilang bahwa tulisan saya ini hanya mencari sensasi publik dan popularitas, karena teori konspirasi Anda itu sangat sensitif."

"Oh ini belum seberapa, Mr. Rizal. Pembahasan berikutnya, Anda akan terkejut-kejut, bahwa ini akan bermuara pada presiden Anda sendiri, Mr. SBY."

"Eh hati-hati ya Mr Bond! Anda memancing-mancing nasionalisme saya sebagai warga negara yang tak mau pemimpinnya dilecehkan!", saya mulai emosi.

"Hahaha... Anda mau tahu kebenarannya atau membela presiden SBY secara membabi buta?"

"Tidak saya punya prinsip, presiden saya tidak bersalah, kecuali bukti kuat menyatakan beliau memang bersalah."

"Coba Anda telusuri, memangnya kemana saja kerja badan intelijen negara Anda? Mereka kan bekerja sesuai dengan perintah komandan tertinggi. Jika presiden RI itu adalah perwajahan negara Anda sebagai analogi tubuh kita. Maka semua aparatnya adalah anggota tubuh, sedangkan Anda sendiri adalah badan atau tubuh dari bangsa Anda. Maka BIN adalah benak tersembunyi yang mengatur semua jalannya pemerintahan Anda dengan SBY sebagai kepala negara. Cobalah berfikir seperti analogi saya ini."


Saya butuh waktu untuk mengerti kalimatnya, dan terpaksa saya baca berulang-ulang hingga beberapa menit. "Lalu?" kejar saya.

"Pasti dengan sepengetahuannya pulalah sebagai presiden dengan memerintah wakilnya, Boediono untuk datang berkunjung ke tempat kecelakaan, dan itu adalah pengalihan isyu besar yang sedang dialami Boediono dalam pemeriksaan KPK. Itu yang pertama."

Saya terdiam, dan saya biarkan dia menjelaskan semuanya.

Lalu coba Anda perhatikan persidangan kasus Hambalang, bagaimana hakim yang sedang memeriksa bu Pur, perhatikan bagaimana penyidik KPK menekan Bu Pur, alias Sylvia Sholeha, apakah mengenal Anas Urbaningrum. Coba Anda baca kutipan saya berikut ini:

JAKARTA, KOMPAS.comSylvia Sholeha atau yang akrab disapa Bu Pur mengatakan bahwa ia tak kenal dengan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum saat bersaksi untuk terdakwa Deddy Kusdinar dalam kasus dugaan korupsi proyek Hambalang, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Selasa (10/12/2013). Bu Pur mengatakan, dia mencoret berita acara pemeriksaan (BAP) ketika diperiksa KPK.

Menurut Bu Pur, dia sempat dipaksa oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengaku mengenal Anas. Namun, pernyataannya soal Anas ini tak berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan hakim.

"Saya tak pernah kenal dengan Anas Urbaningrum. Tapi, saat diperiksa, di situ saya dipaksakan untuk kenal Anas," kata Bu Pur ketika bersaksi.

Salah satu hakim anggota, Anwar, kemudian langsung menimpali pernyataan Bu Pur sebab sebelumnya hakim tak menanyakan soal Anas kepada Bu Pur.

"Enggak ada di sini (BAP) ditanya kenal Anas. Yang ada itu permohonan izin," kata Anwar.

Bu Pur lalu membantah pernah mengajukan permohonan izin untuk menangani proyek pengadaan alat olahraga di Hambalang. Ia juga membantah BAP yang dibacakan hakim.

"Jadi, tidak benar ini BAP?" timpal Anwar.

"Bukan saya yang tidak benar, penyidiknya yang tidak benar. Saya tak pernah ditanya begitu," jawab Bu Pur.

Bu Pur mengaku saat itu diperiksa hingga malam hari di KPK sehingga hanya sekilas membaca BAP.

Sebelumnya, nama Bu Pur juga pernah muncul dalam sidang kasus Hambalang. Saat itu, Direktur Pemasaran PT Anak Negeri (anak perusahaan Permai Group) Mindo Rosalina Manulang mengatakan bahwa Bu Pur adalah kepala rumah tangga Cikeas.

Dari persidangan Dedy Kusdinar itu, tampak bahwa BAP bisa berbeda dengan pernyataan Bu Pur. Coba juga Anda perhatikan bagaimana Bu Pur membawa-bawa nama Jendral Polisi Sutarman, yang barus saja dilantik sebagai Kapolri, saat menjelang Pemilu 2014 mendatang.

Saya makin pusing dengan bahasan si Es Bond-Bond ini. Masya Allah, kok orang asing yang saya anggap setan konspirasi ini seperti lebih menguasai permasalahan dibandingkan saya sebagai orang Indonesia dan wartawan pemerhati politik. Saya merasa ditohok dari belakang.

"Semakin jauh pembahasan kasus Hambalang, juga kasus Century, maka semakin jelas bagaimana dan siapa kah sosok presiden Anda yang jenderal militer murid Soeharto itu. Jenius sekali presiden Anda itu!" paparnya membuat saya gondok banget!

"Sudah jangan banyak berteori, langsung saja paparkan maksud Anda! Apa hubungannya kecelakaan KA yang bertabrakan dengan truk tangki BBM Pertamina dalam teori konspirasi Anda?" saya mulai gusar.

Silakan baca liputan Tempo berikut ini, ujar @JamesBond007 yang bagi saya benar-benar seperti siluman.

TEMPO.CO, Jakarta - Rudy Alfonso, pengacara Deddy Kusdinar--terdakwa korupsi proyek gedung olahraga di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat--bakal mencermati betul kesaksian Sylvia Sholeha alias Ibu Pur dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta yang digelar Selasa, 10 Desember 2013. Ia bakal mencecar keterkaitan antara Ibu Pur dan orang-orang yang diduga berasal dari Cikeas.

"Dalam pemeriksaan disebut yang bersangkutan dekat dengan Widodo," kata Rudy melalui telepon selulernya, Selasa pagi.

Widodo yang dimaksud Rudy bernama lengkap Widodo Wisnu Sayoko. Di hadapan penyidik KPK, Widodo mengaku sebagai sepupu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ibunya adalah adik Siti Habibah, ibu Yudhoyono. Perkenalan Bu Pur dengan Widodo dimulai sejak 2006, sewaktu menjenguk Siti Habibah yang sakit di Cikeas.

Bu Pur dengan Widodo membantu mengurus persetujuan anggaran proyek Hambalang menjadi multi-years senilai Rp 2,5 triliun. Persetujuan anggaran itu ditandatangani Wakil Menteri Keuangan merangkap Direktur Anggaran, Anny Ratnawati, pada 6 Desember 2010.

Selain itu, keduanya, menurut sumber Tempo sebelumnya, diduga meraup uang sebesar Rp 2,5 miliar sebagai imbalan dari PT Adhi Karya, kontraktor Hambalang.

Peran Bu Pur juga pernah dipakai Wafid Muharam, bekas Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, untuk menolak permintaan utusan M. Nazaruddin, bekas Bendahara Demokrat, yang ingin ikut menggarap proyek Hambalang.

"Wafid mengatakan, proyek Hambalang sudah diminta oleh utusan Cikeas bernama Ibu Pur," kata Wafid kala itu kepada anak buah Nazaruddin, Mindo Rosa Manullang. (Baca: Bu Pur Sering Bawa Roti Unyil buat Menteri Andi)

Rudi berjanji akan menanyakan semua informasi tersebut dalam persidangan. Menurut dia, kesaksian Ibu Pur penting untuk memperjelas duduk persoalan dalam kasus tersebut. "Khususnya berkaitan dengan klien kami," ucapnya.

Ibu Pur bakal bersaksi di Pengadilan Korupsi bersama Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan bekas Bendahara Demokrat M Nazaruddin. Pengadilan juga bakal menghadirkan saksi lainnya, Rizal Syarifuddn, Asep Wibowo, serta Rima. (Baca: Suami Bu Pur Melamar Jadi Staf Menteri Syarief ). [■]

Reporter: TimRedaksi, Editor: DikRizal

Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL

Previous Post Next Post
banner