Jujurlah pada Diri Sendiri, KAMPRET!

Banjir di Jakarta: Be Honest to yourself, BATMAN!


Ketika banjir mendominasi pemberitaan di semua media, maka banjir menjadi selebritis yang penuh sensasi. Dibenci, disukai bahkan ada yang menganggapnya sebagai berkah di samping bencana yang bisa dia berikan.

Tak sedikit di antara kita yang malah tidak jujur pada diri sendiri. Terdengar makian keras dari seorang rekan yang rumahnya tenggelam oleh banjir hingga sampai ke genteng rumahnya, "Banjir kampret!"



Saya sebenarnya turut prihatin dan bersedih dengan kondisinya, namun apalah yang bisa saya bantu bersama semua anggota komunitas kami yang hanya bisa mendirikan tenda dan posko darurat banjir demi meringankan beban derita para korban bencana banjir di Jakarta ini.

Saya pun hanya bisa menegurnya lembut dan memberikan segelas kolak pisang, "Mas emang ada ya, banjir bukan air?"

"Ya nggak ada lah... emangnya napa Mas" katanya sambil segera menghabiskan kolak pisang yang kami buat dari hasil mengumpulkan donatur di wilayah kami, Jakarta Timur.

"Lalu kenapa tadi teriak 'Banjir kampret' ?"

Lelaki berusia 30-an itu diam saja tak tersenyum apalagi tertawa, sepertinya terlalu asyik menikmati kolak pisangnya hingga tetes terakhir.

"Kalo mau menyalahkan, bukan banjir yang dikutuk, tapi itu yang menyebabkan banjir ini terjadi...!"

"Siapa dong?"

"Ya coba dipikir dong, banjir karena apa?"

"Buang sampah sembarangan? Kalo gitu semua orang yang buang sampah sembarangan kampret!!!"
Dia kini jadi melotot, sebelum emosi saya tambah lagi kolak pisangnya. Biasalah kalau lapar bisa ngamuk, kalau kenyang jadi blo'on... tipikal orang pinggiran.

"Bukan cuma mereka yang buang sampah kali Mas!"

"Lalu siapa lagi?"

"Ya banyak lah, misalnya orang kaya di Jakarta." tambah saya tanpa maksud menggurui.

"Memangnya kenapa dengan orang kaya di Jakarta?" kali ini dia tidak melotot emosi lagi, menimpali santai sambil menyeruput kuah kolak yang lumayan masih panas itu.

"Mereka kan banyak sekali yang bikin villa di daerah puncak Bogor. Bahkan juga di DAS!"

"Apaan tuh DAS?"

"DAS itu Daerah Aliran Sungai. Seharusnya di area DAS dan puncak Bogor tidak diizinkan dan diperbolehkan untuk mendiri bangunan beton konkrit yang menghambat resapan air ke dalam tanah!"

"Kalo gitu semua orang kaya yang punya villa di puncak Bogor, kampret! Kampret banget mereka!"

"Eh bukan mereka juga kali!"

"Siapa lagi?"

"Yah oknum pemda yang ngasih izin mendirikan villa di puncak juga termasuk lah!"

"Kalo gitu semua oknum pemda yang kasih izin mendirikan bangunan di kawasan puncak Bogor, juga kampret semua.... Kampret mereka semua!!!"

"Bukan cuman mereka aja kali!" saya coba menjelaskan lagi lebih jauh, "Pemerintah DKI Jakarta juga seharusnya mengantisipasi kejadian banjir ini jauh-jauh hari sebelum hal ini terjadi. Khususnya gubernur DKI periode sebelumnya bekerjasama dengan pemda kabupaten dan kota Bogor!"

"Kalo gitu gubernur kemaren, siapa itu? Si Kumis Foke juga kampret!!! Kenapa gak ngomong dan ngeberesin banjir bareng pemda Bogor!" Kampret banget si Foke...!"

"Ya nggak juga lah Mas! Kan Foke juga sudah membuat program KBT, Kanal Banjir Timur dan beberapa program penanganan bencana banjir beberapa tahun lalu. Jadi menurut saya si Foke nggak termasuk kampret lah!"

"Kalo gitu Foke itu setengah kampret!"

Saya pun tertawa, mendengarnya memaki dengan mulut penuh kolak pisang dan muncrat hampir mengenai muka dan badan saya. Saya pun menenangkannya, hati-hati mengingat musibah rumahnya tenggalam oleh banjir bukanlah perkara sederhana.

"Kalo Foke setengah kampret, ya berarti dia masih bisa disebut Batman dong... Ksatria kegelapan "Dark Knight" yang belum sempat menyelesaikan tugasnya sebagai gubernur. Nah mungkin itu lebih tepat. Foke Batman!"

Lelaki itu diam saja tidak tertawa sama sekali, sambil sedikit mengernyitkan matanya sepertinya susah mengerti.

"Sebenarnya semua ini salah kita semua, Mas. Bukan cuma pemerintah, orang kaya yang buat villa di puncak, orang yang buang sampah sembarangan. Tapi Mas juga salah, kenapa sudah tahu ini adalah kawasan banjir di tepian sungai Ciliwung tapi nggak mau pindah ke tempat yang bebas banjir. Kan setidaknya Mas juga bertanggung jawab dengan kejadian sekarang ini." Kali ini saya tidak berani mengatakan ini juga kesalahannya, saya harus berhati-hati supaya dia tidak tersinggung. Tapi kayaknya terlambat!"

"Maksud Mas apaaaa!??" teriaknya sambil membanting gelas plastik berisi kolaknya yang tersisa sedikit.

"Apa Mas nggak lihat, gue ama keluarga juga nggak kepengen tinggal di daerah ini. Tapi pemerintah mana mau peduli. Jangankan bikinin program untuk memindahkan kami ke daerah yang lebih baik dan bebas banjir. Mereka cuma ngurusin proyek besar yang bisa dikorupsi... ngurusin partai politik... ngurusin gimana nyelamatin diri supaya bisa bebas dari incaran KPK.... Mulai dari presiden sampai menteri-menterinya dan tokoh partai politik pendukung presiden kampret semua."

Sepertinya saya telah memencet tombol yang salah.

"SBY kampret! Menteri-menterinya juga kampret! Gubernur yang dulu juga kampret! Orang kaya yang bikin villa di puncak juga kampret! Orang yang buang sampah sembarangan di kali juga kampret! Tapi keluarga gue yang kena musibah lo mau bilang juga kampret!? Lo mau berantem ama gue, hah!?"

Akhirnya bukan saya saja yang jadi bingung, beberapa teman saya mencoba menenangkannya. Kami mencoba mengerti kepedihannya. Untung saja keluarganya tidak ada yang sampai cedera atau meninggal karena bencana lima tahunan ini. Fuih.... kalau saja terjadi, mungkin dia akan mengatakan... negeri ini adalah negeri kampret! Innalilllahi wa innailaihi roji'un!

Akhirnya lelaki itu bisa kami tenangkan, dan saya pun karena kikuk, berusaha pergi dari tempat itu agar tak terlihat lagi olehnya. Saya hanya bisa mendoakan semoga dia, keluarganya dan juga semua warga yang mendapat musibah bencana banjir di seluruh Indonesia, mendapatkan ujian ini sebagai bentuk ujian atas kesabaran. Dan semoga mereka menjadi tambah kuat serta berhasil melalui semuanya dengan selamat. Amin ya Allah

SidikRizal.com medio Januari 2012 di kawasan jalur Kali Ciliwung Jakarta Timur

6 Comments

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL

  1. Banjir kiriman meninggi di Jalan Otista Raya

    Jalan arah Kampung-Melayu terpaksa di tutup akibat genangan air yang merupakan banjir kiriman ini meninggi sekitar 20cm.

    ReplyDelete
  2. Pengungsi Korban Banjir di GOR Otista Jakarta Timur (Foto)
    Sabtu, 19 Januari 2013 15:29


    Warga korban banjir mengungsi di Gelanggang Olahraga Otista, Jakarta Timur, Jumat (18/1) malam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sedikitnya 18.018 warga telah mengungsi akibat banjir yang merendam Jakarta. Saat ini mereka membutuhkan makanan terutama untuk bayi, peralatan mandi, selimut, pakaian layak dan pembagian makanan yang merata.(ant)

    ReplyDelete
  3. Lebih dari 20 Toko di Jalan Otista Terendam Banjir

    VIVAnews - Hujan lebat sejak dini hari membuat sejumlah toko aksesori dan bengkel sepeda motor di Jalan Otto Iskandardinata tutup, Kamis, 17 Januari 2013. Pantauan VIVAnews, lebih dari 20 toko yang berderet sepanjang jalan tersebut sudah terendam banjir.

    Toni, salah satu pemilik toko aksesori yang terpaksa tutup memperkirakan dia rugi besar akibat banjir kali ini. "Pasti rugi, tapi enggak tahu jumlahnya berapa," kata Toni kepada VIVAnews di Jalan Otto Iskandardinata, Jakarta Timur.

    Belum diketahui kapan toko-toko aksesori ini akan kembali buka. Namun tutupnya sejumlah toko tersebut ternyata sudah diantisipasi oleh sejumlah pemilik.

    Toni sendiri mengaku sudah mengepak dan mengevakuasi barang dagangannya sejak tadi malam ke lantai dua tokonya serta beberapa diantaranya diangkut menggunakan truk dan mobil pribadi.

    "Karena banyak berita dan banjir tahunan, kami sudah pindahin barang-barang sejak semalam," ungkap Toni.

    Akibat banjir tersebut, jalan dari arah Kampung Melayu menuju Cawang terputus. Para warga sekitar memberi peringatan dan petunjuk jalur alternatif.

    Terowongan Cawang Banjir
    Sementara itu, air juga menggenangi kawasan Cawang setinggi hampir 50 sentimeter. Hal ini tak ayal membuat lalulintas yang melalui jalan arteri lumpuh.

    Dari arah Bekasi terjadi kemacetan hingga puluhan kilometer di sepanjang jalur Kalimalang. Baik mobil atau motor sama-sama tidak bisa bergerak.

    Sementara itu dari arah Cililitan menuju Kebon Nanas juga terjadi kemacetan parah akibat banjir di Cawang ini begitu pula sebaliknya.

    Kendaraan dari arah Bekasi harus memutar untuk bisa mencapai Cawang, masuk ke kompleks militer TNI AU dan melewati flyover Cawang ke arah Kuningan.

    Banjir juga melanda Utan Kayu, Jakarta Timur. Pantauan VIVAnews, banjir menggenangi wilayah Jalan Balai Rakyat, di utara kantor Radio 68 H Jakarta.

    Di pemukiman, banjir sampai setinggi paha orang dewasa. Namun, di Jalan Utan Kayu, banjir hanya setinggi mata kaki. Meski demikian, banjir ini pun menimbulkan kemacetan.

    Selain itu, aktivitas di Kampus Universitas Islam Jakarta (UIJ) dan sekolah yang ada di sekitar Jalan Balai Rakyat juga terganggu karena tergenang banjir. Meski demikian, aktivitas sekolah tetap berjalan

    ReplyDelete
  4. Banjir Meluas, Otista dan Cawang Sudah Lumpuh
    Di Jakarta Timur ketinggian air bah terus naik, kemacetan meluas.

    VIVAnews - Hampir seluruh ruas jalan di Jakarta tergenang banjir pada pagi hari ini. Hujan yang turun sejak semalam, membuat genangan air di sejumlah kawasan di Jakarta Timur terus naik. Kemacetan akibat jalan direndam banjir juga meluas.

    Dari pantauan VIVAnews, di kawasan Jalan DI Panjaitan depan Kodam Jaya arah Cawang ada genangan air setinggi 70 sentimeter dan dipastikan sudah tidak dapat dilintasi kendaraan.

    Sementara itu, di Jalan Otto Iskandardinata, Kampung Melayu menuju Cawang, direndam banjir dengan ketinggian air mencapai dada orang dewasa.

    Meski tidak ada petugas, warga yang berada di wilayah itu dengan sukarela memperingatkan pengendara, terlebih sepeda motor yang akan melintas untuk mencari jalan alternatif lain. Warga memblokir jalan, karena jalan sudah tidak dapat dilalui.

    "Banjirnya tinggi sampai dada, kalo ke sana pasti kerendem," kata Uyung kepada VIVAnews Kamis, 17 Januari 2013.

    Tidak hanya Jalan Otto Iskandardinata, dari arah Kampung Melayu hingga perempatan Matraman dan sebaliknya, juga digenangi air setinggi hampir satu meter. Banyak sepeda motor mogok karena pengendaranya memaksakan diri untuk melintasi kawasan ini.

    Ari adalah salah satunya. Warga Condet, Jakarta Timur ini terpaksa mendorong sembari terus menghentak gas sepeda motornya yang mati terendam banjir.

    "Tadi sedikit kerendem, sudah sempat jalan tapi langsung mati lagi," kata Ari yang sedang menuju kantornya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

    Di Jakarta Timur, air bah juga merendam area di depan Mal Kelapa Gading dan memacetkan arus lalu lintas. Kondisi yang sama juga terlihat di kawasan ITC Cempaka Mas yang menuju Pulo Gadung.

    Genangan banjir dengan ketinggian hampir satu meter juga menenggelamkan Jalan Kayu Putih ke arah Kelapa Gading sehingga tidak bisa dilintasi kendaraan.

    Di kawasan Jakarta Selatan, banjir sudah menggenangi kawasan Rasuna Said sejak pagi. Banjir dengan ketinggian 80-100 cm terlihat di dekat Setiabudi Building. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga tampak di depan gedung KPK. Genangan banjir setinggi 50 cm.

    Di kawasan Semanggi arah Pancoran kemacetan parah terjadi karena imbas genangan air di depan Depnaker setinggi 40 cm. Banjir juga menutup jalur lambat di depan kampus Atmajaya di Jalan Sudirman dan sementara ini sudah tidak bisa dilintasi kendaraan.

    ReplyDelete
  5. Ruas Otista, Jaktim, Kembali Digenangi Banjir

    Jakarta - Hujan yang sempat mereda, tiba-tiba kembali deras. Akibatnya tinggi permukaan Sungai Ciliwung yang sedang meluap bertambah tinggi. Ruas Jl Otto Iskandar Dinata, Jakarta Timur, lagi-lagi digenangi banjir dan mengakibatkan lalu lintas macet kembali.

    Pantauan detikcom arus lalu lintas di Bidaracina menuju terminal kampung melayu tergenang air dengan ketinggian setinggi 30 cm, sehingga kendaraan bermotor yang hendak menuju ke terminal kampung melayu harus melewati jalur busway. Sementara untuk arah sebaliknya ketinggian air mencapai 50 cm, akibatnya banyak kendaraan roda dua dan roda empat memakai jalur busway.

    Aktifitas pertokoan di sekitar juga terpaksa tutup karena air sudah mulai masuk kedalam toko. Ketinggian air sempay mencapai 1,5 meter.

    "Air kemarin sempat surut sekitar pukul 06.00 WIB pagi, air naik dibareng hujan alhasil air dari sungai ciliwung meluap hingga ke jalan, dan tadi air sempat surut sedikit sampai akhirnya siang tadi naik lagi," ujar ketua Rt 03 Rw 03 Kelurahan Bidaracina, Arnat (62) saat ditemui dilokasi banjir, Kamis (17/1/2013).

    "Di tempat saya warga yang terkena banjir 68 KK, blum lagi di Rt lainnya, soal dikelurahan Bidaracina air khususnya di Rw 03 itu ada 8 Rt," jelasnya.

    Arnat mengatakan dari kemarin memang diwilayahnya telah mendapat bantuan dari pemprov.

    "Tapi kalau buat sekarang masih belum ada bantuan, sekarang kebanyakan warga mengungsi di GOR Jaktim," sambungnya.

    (edo/lh)

    ReplyDelete
  6. Jalan Otista Banjir Setinggi 50 Cm

    TEMPO.CO, Jakarta - Banjir dengan ketinggian sekitar 50 sentimeter terjadi di ruas Jalan Otista, Jatinegara, sepanjang satu kilometer. Banjir ini mengakibatkan akses jalan menuju Terminal Kampung Melayu terputus bagi kendaraan kecil.

    "Banjir sudah dari semalam, kemarin tidak sebesar ini," ujar Endang Doli, 46 tahun, warga Bidara Cina saat ditemui Tempo, Kamis, 17 Januari 2013. Ia mengatakan banjir tersebut menggenangi ruas jalan di empat RW di Kelurahan Bidara Cina, yakni RW 15, RW 3, RW 2, dan RW 1.

    Endang mengatakan banjir ini mengingatkan kembali akan bencana 2007 lalu. "Waktu itu lebih parah memang, tapi kan ini belum puncaknya," ujarnya.

    Endang menambahkan, banjir terparah di wilayah itu mencapai ketinggian sepinggang orang dewasa. "Halte busway (Bidara Cina) sampai tergenang," ujarnya.

    Meskipun warga sudah memberi peringatan banjir dan memberitahu jalur alternatif, masih ada sejumlah kendaraan yang nekat melintas di Jalan Otista. Di sini, polisi belum menutup jalur tersebut karena tingkat genangan belum terlalu tinggi.

    Kendaraan bisa melewati jalur Transjakarta yang permukaannya lebih tinggi. "Lagipula kalau dialihkan mau ke mana, mentok semua," ujar petugas polisi di lapangan. Sekitar sepuluh personel polisi sibuk mengatur lalu lintas di jalan ini.

    M. ANDI PERDANA

    ReplyDelete

Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL

Previous Post Next Post